1. Apa
yang dimaksud dengan etika?
Jawab : Pengertian
Etika
(Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan
perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam
bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup
seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari
hal-hal tindakan yang buruk.Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi
dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk
penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian
sistem nilai-nilai yang berlaku.
Sumber : http://10menit.wordpress.com/tugas-kuliah/pengertian-etika/
2. Bagaimanakah
tahap perkembangan moral, karakteristik individu dan variabel struktural
mempengaruhi keputusan manajer untuk berperilaku etis dan tidak etis?
Jawab
:
Tahap Perkembangan Moral
Tingkatan
pertama disebut pra-konvensional. Pada tingkatan itu, pilihan orang atas benar
atau salah didasarkan pada akibat-akibat pribadi yang terkait, seperti hukuman
badan, imbalan, atau pertukaran keuntungan. Penalaran etis pada tingkatan
konvensional menunjukkan bahwa nilai-nilai moral terletak dalam mempertahankan
tatanan konvensional dan memenuhi harapan orang lain. Pada tingkatan prinsip,
individu melakukan upaya yang jelas untuk mendefinisikan prinsip-prinsip moral
terlepas dari wewenang kelompok yang menaungi mereka atau masyarakat pada
umumnya.
Dapat ditarik
kesimpulan dari riset mengenai tingkatan dari tahap perkembangan moral.
Pertama, orang melangkah melalui keenam tahap itu secara berurutan. Mereka
perlahan-lahan menaiki tangga moral, tahap demi tahap. Kedua, tidak ada jaminan
keberlangsungan perkembangan moral. Perkembangan moral seseorang dapat berhenti
pada tahap mana pun. Ketiga, mayoritas orang dewasa berada pada tahap 4. Mereka
terbatas pada memenuhi peraturan dan akan terdorong berperilaku secara etis.
misalnya, seorang manajer pada tahap 3 cenderung membuat keputusan yang akan
mendapatkan persetujuan rekan sejawat; seorang manajer pada Tahap 4 akan
berusaha menjadi”warga perusahaan yang baik” dengan membuat keputusan yang
menghormati prosedur dan peraturan organisasi itu; dan seorang manajer pada
tahap 5 lebih cenderung menantang praktik-praktik organisasi yang dianggapnya
keliru.
Karakteristik
Individu
Setiap orang
memasuki suatu organisasi dengan serangkaian nilai yang relatif telah tertanam.
Nilai kita―yang dikembangkan pada tahun-tahun awal kelahiran kita dari orang
tua, para guru, teman, dan orang lain―menggambarkan keyakinan dasar tentang apa
yang benar dan salah. Dengan demikian, para manajer di organisasi yang sama
sering memiliki nilai pribadi yang sangat berbeda. Ingatlah bahwa meskipun
nilai dan tahap perkembangan moral itu tampaknya serupa, sebetulnya tidak sama.
Nilai bersifat luas dan mencakup serangkaian luas permasalahan; tahap perkembangan
moral secara khusus merupakan ukuran kemandirian terhadap berbagai pengaruh
dari luar.
Dua variabel
keperibadian, juga telah ditemukan untuk mempengaruhi tindakan individu menurut
keyakinannya tentang apa yang benar atau salah, yaitu :
1. Kekuatan Ego
(ego strength)
Yaitu ukuran
kepribadian tentang kekuatan keyakinan seseorang. Orang yang tinggi skor
kekuatan egonya cenderung melawan dorongan seketika (implus) untuk bertindak
tidak etis dan sebaliknya cenderung mengikuti keyakinan mereka. artinya,
individu-individu yang kekuatan egonya tinggi lebih cenderung melakukan apa
yang mereka anggap benar. Kita mengharapkan para karyawan dengan kekuatan ego
yang tinggi akan menunjukkan lebih konsisten pertimbang-an moral dan tindakan
moralnya daripada karyawan yang rendah kekuatan egonya.
2. Tempat
Kendali (locus of control)
Yaitu sifat
kepribadian yang mengukur derajat sampai seberapa orang yakin bahwa mereka
mampu mengendalikan nasib merekasendiri. Orang yang memiliki tempat kendali
internal yakin bahwa mereka mampu mengendalikan nasib mereka sendiri; sementara
orang yang memiliki tempat kendali eksternal yakin bahwa apa yang menimpa
mereka dalam hidup ini disebabkan oleh keberuntungan atau kebetulan.
Bagaimana
keyakinan itu bisa mempengaruhi keputusan seseorang untuk bertindak etis atau
tidak etis? orang-orang eksternal cenderung kurang memikul tanggung jawab
pribadi atas berbagai akibat perilaku mereka dan lebih cenderung mengandalkan
kekuatan eksternal. Orang-orang internal itu, sebaliknya, lebih cenderung
memikul tanggung jawab atas berbagai akibat dan mengandalkan standar batin
mereka sendiri mengenai yang benar dan yang salah untuk membimbing perilaku
mereka. juga, para karyawan dengan tempat kendali internal cenderung lebih
konsisten dalam pertimbangan dan tindakan moral daripada tempat kendali
eksternal.
Variabel-variabel struktural
Desain
struktural organisasi menolong membentuk perilaku etis para pekerjanya.
Beberapa struktur memberikan bimbingan yang kuat, sementara struktur lainnya
hanya menciptakan ketidakjelasan dan terus-menerus mengingatkan para karyawan
tentang apa yang etis lebih cenderung mendorong perilaku etis.
Mekanisme
organisasi lainnya yang mempengaruhi etika meliputi sistem penilaian kinerja
dan prosedur pemberian imbalan. Beberapa sistem penilaian kinerja organisasi
berfokus khusus pada hasil. Lainnya mengevaluasi maksud sama seperti hasil.
Ketika karyawan dievaluasi hanya pada hasilnya, mereka mungkin tertekan untuk
melakukan apapun yang diperlukan untuk terlihat baik pada variabel hasil itu.
Riset baru-baru ini menyarankan bahwa “kesuksesan dapat berlaku sebagai
pemakluman atas perilaku yang tidak etis”. Bahayanya adalah jika manajer
mengambil pandangan yang lebih lunak dari perilaku tak etis untuk karyawan yang
sukses, karyawan lain akan meniru perilaku mereka sesuai dengan apa yang mereka
lihat. Sangat terkait dengan sistem penilaian adalah cara pemberian suatu
pengahargaan.
Makin banyak
penghargaan atau hukuman tergantung pada hasil tujuan tertentu, makin banyak
tekanan pada karyawan untuk melakukan apa yang mereka harus capai untuk tujuan
itu dan mungkin mengkompromikan standar etika mereka. walau faktor struktural
itu berpengaruh penting pada karyawan, mereka bukanlah yang terpenting. Yang
paling terpenting adalah dalam mempegaruhi keputusan seseorang untuk bertindak
etis atau tidak etis. orang berusaha mencari apakah yang dilakukan oleh atasan
dan menggunakan hal itu sebagai pedoman untuk praktik dan harapan yang dapat
diterima.
3. Apa
kode etik itu dan bagaimana cara meningkatkan keefektifannya?
Jawab: Kode Etik juga dapat
diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik
merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode
etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau
nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak professional
Cara
meningkatkan keefektifannya:
1. Datang ke kantor lebih awal
2. Pertahankan sikap profesional setiap saat.
3. Bersikap postif terhadap komentar negatif.
4. Inisiatif untuk menangani proyek baru.
5. Produktif.
6. Menghormati kontribusi rekan lain.
7. Tidak perhitungan dengan waktu kerja.
2. Pertahankan sikap profesional setiap saat.
3. Bersikap postif terhadap komentar negatif.
4. Inisiatif untuk menangani proyek baru.
5. Produktif.
6. Menghormati kontribusi rekan lain.
7. Tidak perhitungan dengan waktu kerja.
4. Bagaimana
Manajer mengambil keputusan yang etis?
Jawab
: Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan
moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi
orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung
tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah
mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan
orang banyak termasuk lingkungannya.
Pengambilan keputusan semata-mata
bukan karena kepentingan pribadi dari seorang si pengambil keputusannnya.
5. Jelaskan
Faktor-faktor yang menentukan intensitas
etika dan dari keputusan?
Jawab : enam karakteristik
telah diidentifikasi sebagai hal yang relevan dalam menentukan intensitas
masalah: besarnya kerugian, konsensus tentang kesalahan, kemungkinan kerugian,
kecepatan akibatnya, jarak terhadap korban, dan konsentrasi akibat. Keenam
faktor itu menentukan seberapa pentingnya masalah etika bagi seseorang. Dengan
mengikuti pedoman itu, semakin besar jumlah orang yang dirugikan, semakin besar
kesepakatan bahwa suatu perbuatan itu jahat, semakin tinggi kemungkinan bahwa
tindakan itu akan menimbulkan kerugian, semakin pendek jarak waktu akibat
tindakan itu akan dirasakan, semakin dekat orang merasa menjadi korban tindakan
itu, semakin besar intensitas masalah tersebut. Ketika masalah etika
penting―yaitu, semakin kuat masalah itu―semakin besar kita akan berharap para
manajer berlaku secara etis.
Sumber : http://nusando.blogspot.com/2009/01/etika-manajerial.html
No comments:
Post a Comment