Saturday, September 28, 2013

Tugas 1

1.      Apa yang dimaksud dengan etika?
Jawab : Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Sumber : http://10menit.wordpress.com/tugas-kuliah/pengertian-etika/
2.      Bagaimanakah tahap perkembangan moral, karakteristik individu dan variabel struktural mempengaruhi keputusan manajer untuk berperilaku etis dan tidak etis?
Jawab :
Tahap Perkembangan Moral
Tingkatan pertama disebut pra-konvensional. Pada tingkatan itu, pilihan orang atas benar atau salah didasarkan pada akibat-akibat pribadi yang terkait, seperti hukuman badan, imbalan, atau pertukaran keuntungan. Penalaran etis pada tingkatan konvensional menunjukkan bahwa nilai-nilai moral terletak dalam mempertahankan tatanan konvensional dan memenuhi harapan orang lain. Pada tingkatan prinsip, individu melakukan upaya yang jelas untuk mendefinisikan prinsip-prinsip moral terlepas dari wewenang kelompok yang menaungi mereka atau masyarakat pada umumnya.
Dapat ditarik kesimpulan dari riset mengenai tingkatan dari tahap perkembangan moral. Pertama, orang melangkah melalui keenam tahap itu secara berurutan. Mereka perlahan-lahan menaiki tangga moral, tahap demi tahap. Kedua, tidak ada jaminan keberlangsungan perkembangan moral. Perkembangan moral seseorang dapat berhenti pada tahap mana pun. Ketiga, mayoritas orang dewasa berada pada tahap 4. Mereka terbatas pada memenuhi peraturan dan akan terdorong berperilaku secara etis. misalnya, seorang manajer pada tahap 3 cenderung membuat keputusan yang akan mendapatkan persetujuan rekan sejawat; seorang manajer pada Tahap 4 akan berusaha menjadi”warga perusahaan yang baik” dengan membuat keputusan yang menghormati prosedur dan peraturan organisasi itu; dan seorang manajer pada tahap 5 lebih cenderung menantang praktik-praktik organisasi yang dianggapnya keliru.

Karakteristik Individu
Setiap orang memasuki suatu organisasi dengan serangkaian nilai yang relatif telah tertanam. Nilai kita―yang dikembangkan pada tahun-tahun awal kelahiran kita dari orang tua, para guru, teman, dan orang lain―menggambarkan keyakinan dasar tentang apa yang benar dan salah. Dengan demikian, para manajer di organisasi yang sama sering memiliki nilai pribadi yang sangat berbeda. Ingatlah bahwa meskipun nilai dan tahap perkembangan moral itu tampaknya serupa, sebetulnya tidak sama. Nilai bersifat luas dan mencakup serangkaian luas permasalahan; tahap perkembangan moral secara khusus merupakan ukuran kemandirian terhadap berbagai pengaruh dari luar.
Dua variabel keperibadian, juga telah ditemukan untuk mempengaruhi tindakan individu menurut keyakinannya tentang apa yang benar atau salah, yaitu :
1. Kekuatan Ego (ego strength)
Yaitu ukuran kepribadian tentang kekuatan keyakinan seseorang. Orang yang tinggi skor kekuatan egonya cenderung melawan dorongan seketika (implus) untuk bertindak tidak etis dan sebaliknya cenderung mengikuti keyakinan mereka. artinya, individu-individu yang kekuatan egonya tinggi lebih cenderung melakukan apa yang mereka anggap benar. Kita mengharapkan para karyawan dengan kekuatan ego yang tinggi akan menunjukkan lebih konsisten pertimbang-an moral dan tindakan moralnya daripada karyawan yang rendah kekuatan egonya.
2. Tempat Kendali (locus of control)
Yaitu sifat kepribadian yang mengukur derajat sampai seberapa orang yakin bahwa mereka mampu mengendalikan nasib merekasendiri. Orang yang memiliki tempat kendali internal yakin bahwa mereka mampu mengendalikan nasib mereka sendiri; sementara orang yang memiliki tempat kendali eksternal yakin bahwa apa yang menimpa mereka dalam hidup ini disebabkan oleh keberuntungan atau kebetulan.
Bagaimana keyakinan itu bisa mempengaruhi keputusan seseorang untuk bertindak etis atau tidak etis? orang-orang eksternal cenderung kurang memikul tanggung jawab pribadi atas berbagai akibat perilaku mereka dan lebih cenderung mengandalkan kekuatan eksternal. Orang-orang internal itu, sebaliknya, lebih cenderung memikul tanggung jawab atas berbagai akibat dan mengandalkan standar batin mereka sendiri mengenai yang benar dan yang salah untuk membimbing perilaku mereka. juga, para karyawan dengan tempat kendali internal cenderung lebih konsisten dalam pertimbangan dan tindakan moral daripada tempat kendali eksternal.
Variabel-variabel struktural
Desain struktural organisasi menolong membentuk perilaku etis para pekerjanya. Beberapa struktur memberikan bimbingan yang kuat, sementara struktur lainnya hanya menciptakan ketidakjelasan dan terus-menerus mengingatkan para karyawan tentang apa yang etis lebih cenderung mendorong perilaku etis.
Mekanisme organisasi lainnya yang mempengaruhi etika meliputi sistem penilaian kinerja dan prosedur pemberian imbalan. Beberapa sistem penilaian kinerja organisasi berfokus khusus pada hasil. Lainnya mengevaluasi maksud sama seperti hasil. Ketika karyawan dievaluasi hanya pada hasilnya, mereka mungkin tertekan untuk melakukan apapun yang diperlukan untuk terlihat baik pada variabel hasil itu. Riset baru-baru ini menyarankan bahwa “kesuksesan dapat berlaku sebagai pemakluman atas perilaku yang tidak etis”. Bahayanya adalah jika manajer mengambil pandangan yang lebih lunak dari perilaku tak etis untuk karyawan yang sukses, karyawan lain akan meniru perilaku mereka sesuai dengan apa yang mereka lihat. Sangat terkait dengan sistem penilaian adalah cara pemberian suatu pengahargaan.
Makin banyak penghargaan atau hukuman tergantung pada hasil tujuan tertentu, makin banyak tekanan pada karyawan untuk melakukan apa yang mereka harus capai untuk tujuan itu dan mungkin mengkompromikan standar etika mereka. walau faktor struktural itu berpengaruh penting pada karyawan, mereka bukanlah yang terpenting. Yang paling terpenting adalah dalam mempegaruhi keputusan seseorang untuk bertindak etis atau tidak etis. orang berusaha mencari apakah yang dilakukan oleh atasan dan menggunakan hal itu sebagai pedoman untuk praktik dan harapan yang dapat diterima.

3.      Apa kode etik itu dan bagaimana cara meningkatkan keefektifannya?
Jawab: Kode Etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam  suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara sebagai pedoman berperilaku. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak professional
Cara meningkatkan keefektifannya:
1. Datang ke kantor lebih awal
2. Pertahankan sikap profesional setiap saat.
3. Bersikap postif terhadap komentar negatif.
4. Inisiatif untuk menangani proyek baru.
5. Produktif.
6. Menghormati kontribusi rekan lain.
7. Tidak perhitungan dengan waktu kerja.
4.      Bagaimana Manajer mengambil keputusan yang etis?
Jawab : Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya.
Pengambilan keputusan semata-mata bukan karena kepentingan pribadi dari seorang si pengambil keputusannnya.

                  
5.      Jelaskan Faktor-faktor  yang menentukan intensitas etika dan dari keputusan?
Jawab : enam karakteristik telah diidentifikasi sebagai hal yang relevan dalam menentukan intensitas masalah: besarnya kerugian, konsensus tentang kesalahan, kemungkinan kerugian, kecepatan akibatnya, jarak terhadap korban, dan konsentrasi akibat. Keenam faktor itu menentukan seberapa pentingnya masalah etika bagi seseorang. Dengan mengikuti pedoman itu, semakin besar jumlah orang yang dirugikan, semakin besar kesepakatan bahwa suatu perbuatan itu jahat, semakin tinggi kemungkinan bahwa tindakan itu akan menimbulkan kerugian, semakin pendek jarak waktu akibat tindakan itu akan dirasakan, semakin dekat orang merasa menjadi korban tindakan itu, semakin besar intensitas masalah tersebut. Ketika masalah etika penting―yaitu, semakin kuat masalah itu―semakin besar kita akan berharap para manajer berlaku secara etis.
 Sumber : http://nusando.blogspot.com/2009/01/etika-manajerial.html